Rabu, 30 Mei 2012

Puisi-Puisi Modern


Puisi-Puisi Modern

Puisi adalah bagian dari kesenian manusia di seluruh dunia. Puisi merupakan alat untuk mengekspresikan jiwa dan keadaan emosional kita secara bebas dan indah. Dengan puisi, kita bebas mengungkapkan apa saja yang kita inginkan, kita alami, dan perasaan kita tentang segala hal.

Berikut adalah puisi-puisi modern yang (kebanyakan) tidak terikat lagi dengan peraturan penulisan puisi (agar lebih bebas berekspresi). Puisi-puisi berikut saya himpun dari berbagai buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Anda boleh menjadikannya bahan tugas sekolah, bahan pembelajaran menulis puisi, atau sekedar mengapresiasinya.

Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
karya Sapardi Djoko Damono ( Kompas, 6 Agustus 2003)

Manusia Kepingin kalau Bisa
Setelah lepas dari sekedar jadi pedagang
dan punya rumah toko
manusia kepingin
televisi, kulkas dan Honda bebek
Setelah lepas dari sekedar jadi pengusaha
dan punya supermarket
manusia kepingin
laser disk, baby benz dan kebun anggrek
Setelah lepas dari sekedar jadi konglomerat
dan punya kondominium
manusia kepingin
kapal pesiar, hotel terapung dan lapangan golf
Setelah lepas dari sekedar jadi pedagang
Setelah lepas dari sekedar jadi pengusaha
Setelah lepas dari sekedar jadi konglomerat
manusia kepingin
tak mati-mati
kalau bisa …
karya Jose Rizal Manua (Kompas, 5 Agustus 2003)

Fajar
Membayang gilang langit di timur,
Kilat-kemilat cahya berhambur,
Sinaran terang simbur-menyimbur,
Lenyap melayang udara kabur…
Itu gerangan fajar menjelma,
Surya turun ke dunia,
Girang-gemirang segala sukma,
Dihibur alam puspa warna.
Tapi…wahai…pondokku kelam,
Hari t‘lah pagi, serupa malam…
Tiada cahaya masuk ke dalam…
Entah karena dindingnya rapat,
Entahkan pintu terkunci rapat,
Beta tak tahu, beta tak ingat…
karya A. Hasjmy (Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak)
puisi ini termasuk puisi Soneta

Lubuk Menyepi
Tak ada nyanyian dewa dewi di sini
Hanya lenting baja yang terus menempa
dan memercikkan bunga api
Sang peri yang memudar dalam debu
Dewi telah pergi dari relung ini
Hanya lavender yang mekar di musim hujan
lalu jatuhkan daun hijau
Pencerita berteriak kepak kelelawar
Pulau ini lahan gersang
yang telah ditinggalkan petani dan penjual
pergi bersama pohon-pohon rindang
yang menyisakan tunas kaktus
karya Ari Tayori (Wiyata Mandala, 2 Desember 2010)

Dengan Puisi, Aku
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbahasa cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
karya Taufik Ismail (Tirani dan Benteng, 1993)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar